Memaksakan

Ternyata, semua ini adalah sebuah keterpaksaan
Jika diingat baik-baik, memang tidak ada satupun hal yang terjadi
Kalau aku tidak berusaha

Awal mulai saat aku menyatakan perasaan pertama kali setelah kami lulus sekolah
Saat aku bertanya sebenarnya ‘kita itu apa?’
Saat aku meminta status yang jelas sebagai pacar
Bahkan saat aku menginginkan pernikahan

Sampai-sampai, jika ditanya tentang bagaimana dia menyatakan perasaannya
Bagaimana aku dilamar
Bagaimana dia meminta aku untuk ada di hidupnya
Tak akan ada satu memori pun yang keluar dari ingatan

Karena, itu semua adalah datang dari diriku
Hampir semua ajakan
Dan ternyata mungkin selama 10 tahun kebelakang
Itu semua paksaan, dia melakukannya dengan terpaksa

Karena tidak bisa menolak pendapat, ajakan kuat dariku

Kemarin, aku dengan gamblang mengatakan,
Aku benci diamnya dia, diamnya itu seperti pedang
Menyayat perih
Dan aku takut kalau akupun diam, dia akan pergi perlahan dalam kesunyian

Tapi, tak ada yang dia katakan setelah membaca pesanku itu
Tak ada kata untuk menenangkanku seperti
“Aku tidak akan pergi, aku tidak akan pergi kemanapun, apapun yang terjadi”

Apa aku sejahat itu?
Memaksanya menerimaku
Memaksanya hadir di kehidupanku satu abad kebelakang
Memaksanya mengerti dan mencintaiku

Rasanya, seperti berjalan diatas gelas kaca
Yang aku harus berhati-hati di tiap langkahnya
Begitu rapuh
Dan aku khawatir akan terjatuh setiap kali melangkah

Apa aku pun sudah lelah?
Lelah untuk berusaha?
Menghindar, menghilang akan lebih mudah

Apa kalau bisa memutar waktu
Apa dia akan memilih yang lain?
Apa dia menyesal bersamaku?
Apa dia akan bertahan sampai akhir?

Hari ini hari Sabtu kedua di bulan Desember